Momentum Kemerdekaan, Holding Perkebunan Nusantara melalui PalmCo Gelar Pertemuan Petani Sawit Nasional di Jakarta
Jakarta - PT
Perkebunan Nusantara IV PalmCo, subholding dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN
III (Persero) mengundang puluhan petani sawit dari berbagai kabupaten dan kota
di Indonesia untuk mengunjungi kantor pusatnya di Jakarta, awal pekan ini.
Sebanyak 42
orang petani dari 38 lembaga pekebun yang didampingi pengurus Asosiasi Petani
Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (ASPEKPIR), diterima langsung oleh Direktur
Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa dan Direktur Hubungan Kelembagaan, Irwan
Perangin-angin, di Gedung Agro Plaza jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.
“Kami sangat
bersyukur, pada momentum bulan kemerdekaan ini, kita dapat bersilaturahmi
dengan perwakilan petani sawit yang ada di Nusantara," buka Jatmiko dalam
keterangan tertulisnya, Ahad (17/08).
Menurutnya,
para petani tersebut turut berjasa dalam membangun ekonomi bangsa melalui
produksi tandan buah segar sawit mereka yang kemudian di olah menjadi CPO
ataupun produk turunan lainnya. Sehingga tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan
pangan dan energi di dalam serta luar negeri, tapi juga membuka lapangan
pekerjaan sampai mendatangkan devisa bagi negara.
"Bapak
ibu adalah pejuang masa kini, yang melalui kebun sawit masing-masing, telah
berkontribusi banyak buat negeri ini,” tambahnya.
Puluhan
petani yang sengaja diundang PalmCo itu datang dari beragam provinsi dan pulau
seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Palembang, Jawa Barat, hingga
beberapa titik di pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Diluar perjalanan pergi dan kembali, aktivitas utama
dilangsungkan selama dua hari. Acara diawali dengan pertemuan dan diskusi langsung antara petani
dengan direksi, menyaksikan proses kerja dan digitalisasi perusahaan melalui
dashboard yang ada di kantor Jakarta, kemudian di hari berikutnya para peserta
menerima pembekalan teknis dan pengembangan kapasitas yang dilangsungkan di
Kota Bandung, Jawa Barat. Tidak hanya mempersiapkan acara, PalmCo juga
memfasilitasi penuh transportasi dan akomodasi petani.
Disebutkan Jatmiko, pihaknya ingin menyatukan visi
pekebun sawit smallholders, utamanya dalam kondisi tantangan industri edible
oil (minyak yang dapat dimakan) global hari ini. Menurutnya, Indonesia tidak
boleh terlena dengan status sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Jatmiko
menyabutkan bahwa tingkat pertumbuhan per tahun CPO Indonesia selama rentang 5
tahun terakhir cenderung stagnan. Hanya 1,04 persen. Itu di bawah CAGR minyak
nabati lain seperti kedelai (soybean) di 2,98 persen atau bahkan rapeseed yang
mampu menembus 6,25 persen. Kedudukan sawit sebagai yang terproduktif dan
termurah, sangat berpotensi disalip komoditas lain. Dan itu tentunya akan
berisiko, tidak hanya bagi industri sawit nasional itu sendiri, namun juga
untuk ekonomi bangsa hingga kesejahteraan petaninya.
“Maka,
sebagai anugerah yang diberikan tuhan bagi Indonesia, sawit sangat perlu
dikelola agar manfaat besarnya mampu terus terpelihara. Itu tugas kita bersama
untuk meningkatkan produktivitas sawit nasional secara berkesinambungan.
Sehingga kedaulatan pangan dan energi yang menjadi salah satu cita-cita pendiri
bangsa ini, dapat kita wujudkan bersama-sama,” harap Jatmiko.
Lebih jauh,
Jatmiko menegaskan program Peremajaan Sawit Rakyat yang dicanangkan pemerintah
bisa menjadi game changer dalam mendongkrak produksi minyak sawit nasional.
Sebab, kebun sawit rakyat yang secara komposisi memiliki porsi terbesar dari
luas perkebunan sawit di Indonesia, produktivitas CPO-nya berada jauh dibawah
pelaku sawit lain akibat usia tanaman yang sudah tua.
“Sawit rakyat protasnya hanya berkisar di 2 - 3 ton
CPO/Ha/tahun. Terkendala akibat usia tanaman yang kebanyakan tua bahkan renta.
Tapi realisasi PSR nasional sebagai solusinya, ternyata sangat jauh dari
sasaran. Rata-rata dibawah 50 persen pertahun. Itu kenapa penting bagi kita
bersama untuk memperluas dan mengakselerasi PSR,” ucapnya.
Mantan Direktur Utama PTPN V yang sekarang disebut PTPN
IV Regional III itu kemudian mengakui bahwa pihaknya memiliki tugas khusus
mengenai PSR, yang sejatinya nyata dijalankan secara konsisten sejak dirinya
memimpin PTPN V Riau tahun 2019 silam.
“Ada berbagai ‘jalan’ yang kami siapkan dalam program
yang disebut PTPN untuk sawit rakyat. Pertama, jika ingin bermitra penuh
dengan single manajemen, bisa. Kedua, ingin membeli bibit (sawit unggul
bersertifikat) saja secara swadaya, juga bisa. Yang ketiga, offtaker dengan
pendampingan perusahaan, dimana kita tetap membantu mengurusi PSR nya, bisa.
Dan terakhir, memberikan pelatihan-pelatihan kepada petani dan kelembagaannya,”
ungkap Jatmiko menjelaskan.
Menurutnya
program yang dijalankan tersebut, telah berbuah manis bagi petani sawit yang di
Provinsi Riau dan dirinya ingin hal ini, disampaikan pula kepada seluruh petani
yang ada di Indonesia. “Maka terima kasih kepada Regional III yang menginisiasi
acara silaturahmi di bulan kemerdekaan ini dan dapat dijadikan wadah untuk
menyebarkan informasi ke petani-petani di Regional lain di berbagai pulau dan
provinsi,” ucapnya.
Sejumlah
petani yang hadir membagikan pengalaman mereka pasca bermitra dengan PalmCo.
Dista Khoesnul, petani sekaligus pengurus KUD Tunas Muda mengaku hidupnya
berubah sejak bermitra dengan PalmCo. “Dulu penghasilan pas-pasan, sekarang
saya bisa menyekolahkan anak sampai sarjana,” ucapnya.
Sama halnya
dengan Hadianto, Ketua Koperasi Produsen Makarti Jaya yang berada di Kecamatan
Tandun Kabupaten Rokan Hulu, mengukukuhkan single manajemen yang dijalankan
PalmCo memang layak mendapat prediket the best role model dari Kementerian
Pertanian.
“Luar biasa
bermitra dengan PTPN IV PalmCo. Kita dikawal dari awal, mulai dari proses
proposal sampai seluruh proses peremajaan (replanting) hingga menghasilkan.
Janji bapak untuk menjamin produksi dan menggantinya jika di bawah standar,
terbukti pak,” sebut Hadi.
Ia menjelaskan, di Tanaman Menghasilkan Tahun Pertama
mencapai 18 ton perhektar pertahun, TM II 21 ton dan TM III mencapai 23 ton. “Alhamdulillah
produksi kami di atas standar nasional,” tegasnya.
Senada dengan hal tersebut, M Nur petani swadaya dari
Aceh dan Andi Akmal dari Masamba Tani Utama di Luwu Utara meminta hal yang sama
untuk petani swadaya yang bermitra melalui pola offtaker.
“Semoga untuk kami petani swadaya juga bisa terus
meningkat produktivitasnya dan semakin sejahtera. Bersama PalmCo kemitraan
tanpa batas,” imbuh kedua petani berbeda pulau tersebut.
PTPN IV mencatatkan banyak kisah sukses dalam membangun
kemitraan bersama petani. Rekomendasi teknis petani dalam pengurusan PSR yang
telah terbit hingga semester I 2025 mencapai 11 ribu Ha. Sementara dari 24 ribu
yang diremajakan PalmCo, 14 ribu Ha sudah menghasilkan dengan rata-rata
produktivitas TBS di atas standar nasional. Petani dan kelembagaannya juga semakin
sejahtera dengan SHU di atas Rp6 juta perbulan dan saldo koperasi petani yang
tembus Rp13 sampai Rp 19 pertahun.
Atas hal ini diakhir kunjungan saat mengunjungi PalmCo
Business Cockpit, dashboard berbagai platform digital perusahaan, ketua DPP
Aspekpir Indonesia Setiyono yang diwakili oleh Efendi Pasaribu, Ketua
Sekretariat DPP Aspekpir Indonesia memberikan penghargaannya kepada Jatmiko.
Dirut PalmCo itu dinobatkan menjadi Bapak Pelopor Sawit Baik Berkelanjutan.
Keterangan
Lebih Lanjut:
Holding Perkebunan
Nusantara
PT Perkebunan
Nusantara III (Persero)
Telp: +6221
29183300
Ponsel:
+6281370835057
email :
sekretariat@holding-perkebunan.com

Comments
Post a Comment