Holding Perkebunan Nusantara Dorong Optimalisasi Aset, PTPN I Adaptif Hadapi Dinamika Perkembangan Kota Medan

 

 


MEDAN – Sejarah panjang PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I), entitas di bawah Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), di wilayah Sumatera Utara menjadi cerminan bagaimana sektor perkebunan berperan dalam membentuk wajah sosial-ekonomi dan tata ruang Kota Medan. Kini, di tengah arus urbanisasi yang cepat, PTPN I terus beradaptasi dan menyesuaikan strategi pengelolaan asetnya agar memberikan manfaat optimal bagi masyarakat dan pembangunan daerah.

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Phil. Ichwan Azhari, menilai, dinamika tata ruang wilayah akan selalu berbanding lurus dengan perubahan peradaban masyarakat. Menurutnya, kawasan yang dulu menjadi lahan perkebunan kini telah menyatu dengan perkembangan kota dan menjadi bagian dari ekosistem ekonomi baru.

“Pada awalnya, pusat peradaban Sumatera Timur itu ada di kawasan Deli Serdang dan Belawan. Namun, Pemerintah Belanda kemudian mengembangkan pusat ekonomi baru di wilayah yang sekarang disebut Medan. Jadi, perkembangan wilayah akan mengikuti dinamika masyarakatnya. Kalau dulu lahan PTPN I di Deli Serdang terasa jauh, sekarang sudah di dalam kawasan kota. Maka, alih fungsi lahan bukan hal mustahil, bahkan menjadi kebutuhan jika maslahatnya lebih besar dari mudharatnya,” ujar Prof. Ichwan.

Ia juga menyoroti bahwa sejarah PTPN I tidak lepas dari jejak kolonialisme dan transformasi sosial ekonomi yang panjang, terutama melalui komoditas Tembakau Deli, yang pada masa lampau menjadi primadona di pasar Eropa.

“Sejarah perkebunan di Sumatera Timur jauh lebih kompleks dari yang selama ini dipahami. Tembakau sudah ada jauh sebelum Belanda datang. Namun, kolonialisme dan migrasi besar-besaran tenaga kerja mengubah struktur sosial dan demografi daerah ini secara drastis. Ironinya, suku Melayu sebagai pemilik tanah asli kini kehilangan hutan komunalnya akibat rezim perkebunan yang terus berlanjut hingga masa PTPN,” jelasnya.

Pandangan senada disampaikan Prof. Dr. Fajar Pasaribu, Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Ia menjelaskan bahwa transformasi ekonomi dan tata ruang saling berkelindan.

“PTPN adalah warisan kolonial yang kini perlu beradaptasi. Alih fungsi lahan merupakan bagian dari kebijakan transformasi bisnis. Contohnya, pengembangan kawasan perumahan seperti Citraland dari sisi ekonomi sangat positif karena meningkatkan perekonomian lokal dan mendorong partisipasi masyarakat dalam bisnis,” ujarnya.

Kepala Desa Helvetia, H. Agus Salim, turut menyampaikan bahwa perubahan peruntukan lahan PTPN I membawa dampak besar bagi warganya.

“Dulu ketika masih kebun, warga banyak yang bekerja serabutan. Sekarang setelah kawasan ini berkembang jadi perumahan, banyak yang berdagang dan membuka usaha jasa. UMKM tumbuh subur, dan kesejahteraan warga meningkat,” katanya.

Menurut Agus, pergerakan ekonomi masyarakat kini jauh lebih dinamis. Muncul berbagai lapangan kerja baru, baik di proyek perumahan maupun di sektor jasa pendukung. “Ada yang jadi tukang bangunan, perawat rumah, petugas keamanan, dan pedagang. Semua ikut bergerak,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Puja Kesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera), Juryadi, menekankan pentingnya sinergi antara perusahaan dan masyarakat. “PTPN I sebaiknya terus memberi ruang bagi warga sekitar untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek pembangunan. Jangan sampai masyarakat hanya jadi penonton, tetapi harus ikut merasakan manfaatnya,” ujarnya.

Salah seorang warga, Gunawan, yang kini beralih profesi dari pekerja serabutan menjadi pedagang, mengaku perubahan kawasan tersebut membawa keberkahan. “Alhamdulillah, sejak ada banyak proyek dan aktivitas ekonomi, saya bisa buka usaha sendiri dan penghasilan lebih stabil,” ungkapnya.

Para tokoh masyarakat, akademisi, dan warga yang hadir dalam diskusi publik tersebut sepakat bahwa transformasi aset PTPN I, meski berakar dari sejarah panjang kolonialisme, kini membawa dampak sosial-ekonomi yang positif. Mereka berharap sinergi antara PTPN I, pemerintah daerah, dan masyarakat terus diperkuat agar setiap proses optimalisasi aset berjalan transparan, adil, dan berkelanjutan. “Transformasi harus dijalankan dengan semangat keadilan dan keterbukaan, agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar perkebunan,” tutup Prof. Ichwan.

 

 

 

 

Keterangan Lebih Lanjut:

Holding Perkebunan Nusantara

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Telp: +6221 29183300

Ponsel: +6281370835057

email : sekretariat@holding-perkebunan.com

Comments

Popular posts from this blog

Komitmen Keberlanjutan Standar Internasional, PTPN IV Regional III 100 Persen RSPO

Dewan Komisaris PTPN I Laksanakan Kunjungan Kerja ke PTPN I Regional 3

PalmCo Hadirkan Solusi Transformasi Industri Sawit, Holding Perkebunan Nusantara Siap Jawab Tantangan Masa Depan