PT RPN-Pusat Penelitian Teh dan Kina Menyelenggarakan International Tea Workshop, dengan Tema “Innovation and Collaboration for Sustainability of Tea Industry”
Bandung,
Jawa Barat. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK
Gambung), di bawah naungan PT Riset Perkebunan Nusantara, mengadakan lokakarya
teh internasional dengan tema “Inovasi dan Kolaborasi untuk Keberlanjutan
Industri Teh" (Innovative and Collaboration for Sustainability of Tea
Industry) Pada hari Kamis, 27 Juni 2024, di The Jayakarta Suites Hotel,
Bandung. Lokakarya internasional ini merupakan kolaborasi dengan Ethical Tea
Practices (ETP) dan didukung oleh Dewan Teh Indonesia (DTI). Peserta yang hadir berasal dari berbagai
stakeholder teh khususnya Indonesia, mulai dari pelaku produsen teh mulai dari
perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara serta swasta, para pengolah/
industri hilir, brand owner, buyer/trader serta packer, UMKM teh, berbagai
asosiasi dan komunitas, kementerian dan dinas terkait, perguruan tinggi dan
lembaga litbang daerah dan nasional, dan tea Enthusiast, dengan total berkisar
100 peserta. Workshop ini bertujuan untuk mengeksplorasi, mengelaborasi,
meningkatkan kolaborasi serta memperluas diseminasi teknologi dan inovasi serta
berbagai lesson learn dan best practices di lapang.
Acara
dimulai dengan sambutan pembuka dari Kepala PPTK Gambung M. Akmal Agustira,
yang menjelaskan tujuan lokakarya ini, yaitu menjajaki inovasi untuk
keberlanjutan teh dan mensosialisasikan proyek kerja sama pengembangan teh
global. Direktur Regional ETP, Rachid Boumnijel, menekankan komitmen ETP
terhadap kemitraan dan pengaruh kebijakan untuk menyelesaikan isu keberlanjutan
teh, terutama teh Indonesia. Dr. Iman Yani Harahap, Direktur PT Riset
Perkebunan Nusantara, menyoroti tantangan produksi teh di Indonesia, dengan
menekankan pentingnya mengurangi penggunaan pestisida sintetis dan memperbaiki
rantai nilai teh. Komisaris PT Riset Perkebunan Nusantara, Sjukrianto Yulia,
menyerukan praktik pertanian berkelanjutan untuk melindungi lingkungan dan mendorong
kolaborasi untuk masa depan industri teh yang berkelanjutan.
Sesi
pertama dimulai dengan materi dari Dian Cahayani (PT Symrise Indonesia), yang
membahas inovasi dan tren pasar dalam industri teh, menyoroti meningkatnya
popularitas teh dan pentingnya memenuhi permintaan konsumen akan rasa dan
manfaat kesehatan. Ada pula materi menarik dari Mr. Farid Akbany (PT Yoosouf
Akbany), yang menekankan pentingnya meningkatkan daya saing dan keberlanjutan
teh Indonesia di tingkat global, dengan dukungan pemerintah yang sangat penting
bagi industri teh Indonesia. Sa Mi Lee, Trade Enabling Lead perusahaan
Bayer Asia Pasifik menjelaskan implikasi Batas Residue Maksimum atau MRLs
pada perdagangan teh, dan menekankan pentingnya mematuhi regulasi untuk
menghindari hambatan perdagangan teh global. Kemudian, Laeli Fadli Arif dari
PTPN I Regional 2 membahas identifikasi dan mitigasi residu serta kontaminan
dalam teh, dan pentingnya kontrol kualitas yang ketat terhadap standar
keamanan.
Sebelum
sesi kedua dimulai, Mr. Amrouk El-Mamoun sebagai keynote speaker dari FAO
(Divisi Pasar dan Perdagangan) membahas lebih luas terkait highlight kondisi
dan tantangan teh global serta kunci-kunci keberlanjutan industri teh global.
Kemudian, Erdiansyah Rezamela dari PPTK Gambung membahas inovasi terkini yang
dikembangkan pada produksi teh Indonesia. Kemudian Tejo Jatmiko dari ETP
melanjutkan diskusi Rachid Boumnijel, dengan membahas proyek-proyek yang sedang
dijalani ETP. Sesi kedua ditutup dengan pembahasan Carbon Project on Tea
yang disampaikan Veronika Ratri dari Business Watch Indonesia.
Banyak
hal terkait dengan teknologi, sosial, dan dampak lingkungan yang perlu bersama
kita selami dalam dunia pertehan di Indonesia. Oleh karena itu, kolaborasi
antara lembaga, instansi, dan pemerintah, harus terus dijaga agar industri teh
dapat dipertahankan dan berkelanjutan.
Acara
ditutup oleh Dr. Rachmad Gunadi selaku Ketua Umum DTI dengan menegaskan
pentingnya dukungan regulasi dan kebijakan yang untuk melindungi
keberlangsungan ekosistem industri dan bisnis teh serta pentingnya sinergi
bersama dalam menerapkan standar keberlanjutan teh nasional. Workshop ditutup
dengan penandatanganan MoU antara ETP dengan PT RPN-PPTK Gambung, serta ETP
dengan DTI. Acara ini, yang merupakan pertemuan offline pertama sejak 2017,
diharapkan dapat meningkatkan jaringan di industri teh global, memperbarui
teknologi dan inovasi terkini dalam mengatasi masalah keberlanjutan, dan
membuka peluang kolaborasi keberlanjutan di industri teh nasional dan global untuk
meningkatkan daya saing, ketahanan dan meminimalkan risiko kerentanan isu-isu
sustainability pada rantai nilai dan rantai pasok industri teh global.


Comments
Post a Comment