PT RPN, Anak Usaha Holding Perkebunan Nusantara Jadi Motor Penggerak Riset Internasional Industri Karet
Palembang, 25 Oktober 2025 – PT Riset Perkebunan Nusantara
(PT RPN), bagian dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), melalui
Pusat Penelitian Karet menegaskan perannya sebagai motor penggerak riset
perkebunan nasional di kancah internasional.
Bersama International
Rubber Research and Development Board (IRRDB), PT RPN menjadi tuan rumah
Workshop IRRDB 2025 di
Palembang. Forum internasional ini memperkuat sinergi antarnegara produsen
karet dunia dalam mendorong inovasi riset, peningkatan produktivitas, dan
kesejahteraan petani.
Selama tiga hari pelaksanaan, lebih dari seratus
peserta dari India, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Thailand membahas solusi
komprehensif bagi industri karet alam. Sebanyak 24 makalah ilmiah
dipresentasikan, mencakup topik perbaikan tanaman, pengendalian penyakit,
hingga strategi pemberdayaan petani.
Sekretaris Jenderal IRRDB, Dr. Abdul
Aziz, S.A., menekankan pentingnya menempatkan petani sebagai pusat perhatian
dalam kebijakan industri karet. "Petani
adalah tulang punggung industri, namun sering kali dikesampingkan dari diskusi
kebijakan. Kita perlu kolaborasi yang lebih menyeluruh," tegasnya.
Hal senada disampaikan Prof. Dr. Ahmad
Ibrahim dari UCSI University, yang menilai bahwa industri karet tengah
menghadapi periode tersulit. "Kita
butuh kerja sama yang lebih kuat, kompensasi yang adil untuk petani, dan riset
yang melihat jauh ke depan," ujarnya. Ia juga mendorong negara
produsen untuk terlibat dengan International
Rubber Study Group (IRSG), agar suara produsen karet semakin terdengar
di level global.
Pakar Ekonomi Association of Natural
Rubber Producing Countries (ANRPC), Dr. Lekshmi Nair, menggeser paradigma
industri dengan menyoroti pentingnya efisiensi biaya. "Jangan
hanya mengejar harga tinggi, tapi juga cari cara menurunkan biaya
produksi," ungkapnya.
Ia menambahkan, penyelarasan strategi
industri dengan tujuan net-zero emmission
dan peluang kredit karbon akan memperkuat pemberdayaan petani serta ketahanan
rantai pasokan global.
Sementara itu, Prof (Ris). Ir. Didiek
Hadjar Goenadi, IRRDB Fellow, mendorong perhatian pemerintah terhadap sektor
karet setara dengan komoditas seperti kelapa sawit. "Kita butuh inovasi dan nilai tambah. Sektor
karet juga penting untuk ekonomi," tegasnya.
Workshop ini juga menghasilkan sejumlah
inisiatif konkret untuk memperkuat industri karet di masa depan. Kepala Pusat Penelitian
Karet PT RPN, Dr. Suroso Rahutomo, mengumumkan rencana peluncuran klon IRRI baru
yang toleran terhadap penyakit Pestalotiopsis, sebagai bentuk komitmen
Indonesia terhadap keberlanjutan industri. Selain itu, negara-negara anggota
IRRDB sepakat melanjutkan Program Pertukaran Klon guna mempercepat pemuliaan
tanaman di berbagai wilayah tropis.
Forum juga menyepakati perlunya kerja
sama antarnegara produsen untuk memastikan harga karet yang adil dan berkelanjutan,
didukung oleh data biaya produksi yang transparan. Peserta menekankan bahwa
pemerintah memiliki peran penting dalam meningkatkan penggunaan karet di dalam
negeri, seperti melalui penerapan aspal berkaret dan bantalan seismik, guna
memperkuat permintaan domestik dan menjaga stabilitas harga bagi petani.
“Workshop
ini menandai babak baru kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan
pelaku industri. Saya optimistis kita dapat membawa industri karet menuju masa
depan yang lebih berkelanjutan dan menyejahterakan, terutama bagi para petani,”
tutur Abdul Aziz dalam sambutan penutup.
Kegiatan ini mencerminkan semangat
kolaborasi global yang tidak surut oleh tantangan. Dengan energi baru dan tekad
bersama, komunitas karet alam berkomitmen untuk membangun masa depan industri
yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berpihak pada kesejahteraan banyak
pihak.
--
Keterangan Lebih Lanjut:
Divisi
Sekretariat Perusahaan
PT Riset
Perkebunan Nusantara
Ponsel:
0811-1380-3523
Email:
rpn@rpn.co.id

Comments
Post a Comment